Bentuk Baru Sistem Pendidikan Islam di Indonesia (Sistem Alternatif)
Ada
dua bentuk kegiatan pendidikan di Indonesia yang perlu mendapat
perhatian dari kalangan ahli pendidikan Islam di Indonesia.
Bentuk-bentuk itu hamper pasti mendukung usaha pendidikan agama Islam di
Indonesia. Kegiatan pendidikan itu mempengaruhi orang untuk beragama
Islam dan atau meningkatkan keislaman seseorang. Bentuk-bentuk yang
dimaksud ialah (1) pesantren kilat dan (2) perguruan silat tenaga dalam.
Kedua bentuk ini mungkin saja pada suatu ketika akan berkembang sebagai
suatu system pendidikan. Bentuk pertama lebih jelas sistemnya
dibandingkan dengan bentuk kedua. Pendidikan agama Islam dipesantren
kilat jauh lebih jelas daripada pendidikan agama Islam pada perguruan
silat tenaga dalam. Bentuk pertama sudah agak dikenal umum, betuk kedua
agaknya belum banyak diketahui orang. Bentuk pertama sudah agak lama
dikenal banyak mempunyai permasalahan, sedangkan bentuk kedua agaknya
banyak mengandung persoalan. Kedua-duanya perlu mendapat perhatian.
Kedua bentuk ini sebenarnya amat menarik perhatian. Pesantren kilat
berkembang secara luar biasa sejak tahun 1980-an bentuk ini semakin
berkembang kearah pendidikanpesantren gaya lama, suatu perkembangan yang
bukan mustahil menuju arah yang lebih benar. Perguruan silat tenaga
dalam mengandung persoalan-persoalan yang amat pelik ; diperlukan “
kacamata “ khusu untuk memahaminya, katakanlah diperlukan paradigma
khusus untuk menelitinya: paradigma mistik. Menarik,kan?
Pesantren Kilat
Istilah
pesantren pasti sudah dikenal oleh orang Islam di Indonesia. Itu adalah
nama lembaga pendidikan Islam yang paling tua di Indonesia. Pada
lembaga pesantren biasannya ada kiai, ada santri, ada kegiatan membaca
kitab kuning, ada pondokan santri, dan ada masjid. Itulah kira-kira “
sarat ” untuk disebut pesantren. Pesantren kilat itu apa ?.
Pada sekitar tahun 1970-an orang-orang di departemen agama pusat saya
dengar mengirimkan anaka-anak mereka ke pesantren Gontor bila dating
saat libur sekolah. Disana mereka mondok dan belajar agama, Ya, selama
libur tersebut. Itulah mungkin asal usul persntren kilat. Kemudian,
sejak tahun 1980-an, dikota Bandung banyak sekali orang yang
menyelenggarakan pesantren kilat. Menjelang libur orang mengedarkan
pengumuman, kadang-kadang lewat surat kabar, bahwa akan dibuka pesantren
kilat yang umumnya diadakan dimesjid. Lamanya berkisar dari 7 sampai 30
hari. Disana diajarkan membaca al-Qur’an, keimanan, Islam, fikih
(ibadah), dan akhlak. Pkoknya materi-materi pelajaran yang sering
disebut bahan pengajaran agama.
Peserta pesantren kilat itu ada yang menginap ditempat pengajian, ada
juga yang tidak. Yang menginap itu biasanya pesantren kilat yang
diadakan di pesantren. Jadi, yang terakhir ini boleh dikatakan “
pesantren mengadakan pesantren kilat ”.
Apa yang mendorong suburnya pesantren kilat? Dari berbagai penelitian
kecil dapat diketahui motif orang tua memasukan anaknya ke pesantren
kilat.
Pertama, agar
anaknya tidak nakal, orang tua sekarang khawatir sekali terhadap
perkembangan akhlak anaknya. Sudah banyak gejala kenakalan anak remaja.
Misalnya sering berkelahi, ngompas, nongkrong, minum-minuman keras dan sejenisnya,
kenakalan seksual, sampai menggunakan narkotika. Kenakalan ini ada yang
berujung pada tindakan-tindakan kejahatan, misalnya mencuri
kecil-kecilan, yang pada gilirannya berkembang menjadi perampok.
Pokoknya, kenakalan remaja dalam bentuk kecil tadi biasanya berujung
pada kejahatan.
Orang tua anak tidak ingin anaknya demikian. Dalam hal ini mereka
memasukannya ke pesantren kilat dengan tujuan agar anaknya tidak nakal
seperti digambarkan diatas. Mereka tidak terlalu mementingkan tujuan
lain seprti agar anaknya mengetahui ajaran agamaatau agar anaknya tekun
mengerjakan shalat. Tujuan orang tua sederhana saja : agar anaknya tidak
nakal.
Untuk menjaga agar anak tidak nakal, sebenarnya orang tua dapat saja
menitipkan anaknya pada kepolisian, atau pada departemen kehakiman (unit
pengentasan anak dan remaja), tetapi itu untuk orang terkenal tidak
tepat, katanya. Karena disangka orang anaknya sudah nakal, nanti jikaa
ketahuan oleh wartawan berabe juga. Padahal, anaknya belum nakal, atau
nakalnya baru sedikit saja. Nah, serahkan saja pada pesantren kilat.
Bagi golongan kedua ( bukan untuk kepentingan orang tua), menitipkan
anak kepada kepolisian atau kepada pengentasan anak dan remaja tentu
mendapat kesulitan juga, pertama, anaknya memang belum nakal, kedua
mungkin juga diperlukan juga biaya. Lebih dari itu semua, penyerahan
kepada lembaga resmi itu akan dirasakan terlalu pormal. Maka serahkan
saja kepada pesantren kilat agar anaknya tidak nakal, atau yang sudah
sedikit nakal agar sembuh. Yang sudah benar-benar nakal tidak akan
mungkin mau dimasukan ke pesantren kilat. Itulah kira-kira motif
pertama.
Kedua, motif
mengisi waktu,. Disini orang tua memasukan anaknya ke pesantren kilat
dengan maksud mengisi waktu luang (karena libur ). Rupanya orang tua
tahu bahwa waktu luang bagi anak dan remaja adalah waktu yang amat
berbahaya bila tidak diisi dengan atau dialihkan kepada kegiatan
positif. Ini baik .
Ketiga, anak
remaja adalah orang yang kelebihan energi. Bila tidak disalurkan dengan
tepat, itu akan sangat berbahaya. Tatkala sekolah tidak libur, energi
itu digunakan untuk belajar disekolah. Malam belajar, pagi-pagi
berangkat kesekolah, disekolah belajar, pulang dari sekolah badan dan
mental mereka sudah payah, lantas istirahat: malamnya kembali
mengerjakan pekerjaan rumah. Demikian seterusnya. Energi remaja itu
terpakai semuanya. Nah, tatkala libur bagaimana? Penyaluran energi itu
dapat saja (dan ini mudah sekali) kepadaq hal-hal negative,yaitu
kenakalan. Untuk mengisi waktu libur itu orang tua memasukan anaknya ke
pesantren kilat. Mereka tidak peduli benar, apakah iman anaknya akan
meningkat, apakah pengetahuan agamanya akan bertambah, apakah shalatnya
akan bertambah baik dan bertambah rajin. Yang penting, mereka tidak
ngeluyur mengisi waktu luangnya itu.
Ketiga,
menutupi kekurangan pendidikan agama disekolah . ada juga orang tua
yang memasukan anaknya ke pesantren kilat karena merasa pendidikan agama
Islam yang diperoleh anaknya disekolah masih kurang. Misalnya anaknya
belum mampu membaca alQur’an, belum dapat membaca do’a, belum dapat
berkhotbah, atau belum berani menyembelih ayam. Lantas anak itu
dimasukan ke pesantren kilat denga tujuan aga pengetahuan agamanya
menjadi semakin lengkap dan mengamalkan ajaran agamannya itu
sehari-hari.
Untuk
membuktikan bahwa pendidikan agama disekolah kurang berhasil (sekalipun
bukan gagal) mudah saja, yaitu mash banyaknya murid yang tidask
mengerjahkan shalat, yang suka berbohong, bahkan mencuri dan melakukan
berbagai tindakan yang merupakan pelanggaran ajaran agama.maka hasilnya
ialah siswa yang memahami, meyakini, dan mengamalkan ajaran agama.
Nyatanya ialah murid-murid kita pada umumnya agak banayk faham lebih
sedikit amal, boleh diakatakan kosong dalam iman. Rasa beragama kurang
sekali dibina oleh guru-guru disekolah ; mereka mati matian membina
pemahaman dan sedikit membina pengamalan. Hasilnya ialah murid-murid
mengerti agama, tetapi mereka belum beragama. Mereka mengetahui
(kognitif) shalat itu wajib, tetapi tidak atau jarang shalat. Mereka
tahu bahwa tuhan maha mengetahui, tetapi membohongi orang tuanya,
disangkanya tuhan tidak mengetahui kebohongan itu. Jadi, mereka tahu
agama, tetapi belum beragama.
Intinya
agama ialah iman ; iman itu dihati. Dalam al-Qur’an surat al hujarat
ayat 14 dikatakan bahwa seorang arab datang menghadap Nabi Muhamad SAW.
Sambil berkata, “kami telah beriman.” Nabi mengatakan, “jangan kalian
katakana kami telah beriman, katakan saja kami telah tunduk karena iman
itu belum masuk ke dalam hait kalian.” Jadi, rupanya iman itu bukan
dikepala ; iman itu didalam hati. Inilah masalah besar itu. Sampai saat
ini guru-guru kita hanya mengerjakan agama untuk diketahui, bukan
menanamkan rasa beragama yang dapat membentuk sikap iman kepada tuhan.
Makanya, jangan kaget bila didalam buku rapor nilai agamanya sembilan,
tetapi dirumah anak itu malas shalat, suka juga berbohong, dan
sebagainya. Yang ada didsalam buku rapor itu ialah gambaran
pengetahuannya, bukan agamanya. Yang agama ialah menjalankan shalat itu,
jujur itu. Jadi, jelas bahwa pendidikan agama disekolah memang hasilnya
kurang memuaskan.
Kenyataan
itu diketahui dan menggelisahkan orang tua murid. Mereka bertanya
didalam hati : mengapa anaknya tidak beragama ? mereka melihat ada jalan
untuk menambah pendidikan agama yang kurang itu, yakni dengan cara
memasukan anaknya ke pesantren kilat.
Apakah
setiap remaja mau masuk ke pesantren kilat? Nyatanya hanya sedikit yang
benar-benar mau, sebagian lagi mau karena terpaksa. Sebenarnya
anak-anak itu lebih senang mengisi liburnya dengan acara mengembara,
kedaerah wisata, misalnya. Atau kumpul-kumpul dengan teman-temannya,
atau kerumah kawan yang tinggal di desa atau dikota lain. Anak orang
kaya lebih senang berlibur ke luar negeri. Keinginan seperti ini adalah
keinginan yang wajar pada para remaja. Bukankah setelah payah belajar
selama satu semester, sebaiknya kita mengistirahatkan badan dan jiwa?
Berlibur keluar kota memang salah satu pemanfaatan waktu luang yang
baik.
Uraian
diatas secara tidak langsung telah memberikan semacam pengarahan
tentang apa saja yang sebaiknya diperhatikan oleh penyelenggara
pasantren kilat.
(1)
Hendaknya pesantren kilat diadakan di pesantren. Artinya, pesantren
mengadakan kegiatan pesantren kilat tempatnya. Dipesantren ; mereka
mondok di pesantren ; tata caranya tata cara pesantren. Inilah bentuk
pesantren kilat yang terbaik dengan hidup di pesantren, dekalipun tidak
begitu lama, pengaruh lingkungan pesantren akan ada pada peserta
pesantren kilat tersebut. Pengaruh apa itu, memang sulit dijelaskan.
Yang dapat dikatakan ialah kompleks dan tatacara hidup di pesantren
jelas berbeda dari kompleks dan tatacara hidup bukan pesantren.
(2)
Aturan kehidupan di pesantren kilat hendaknya diatur persis seperti
aturan kehidupan di pesantren. Aturan yang penting antara lain ialah
hidup sederhana, melayani diri sendiri, melaksanakan ibadah tepat waktu
dan gembira, menghormati guru (ulama, kiai), pergaulan islami, dan
kerjasama. Oleh karena itu, pemondokan dipesantren tidak boleh mewah ;
pasilitasnya sederhana saja.
(3)
tradisi pesntren diterapkan pada santri pesantren kilat. Misalnya
bangun malam untuk mandi dan shalat, wirid, atau pepujian. Tradisi
mencium tangan kiai (ulama) mungkin perlu dihidupsuburkan lagi itulah
perilaku lahiriah yang menunjukan kecintaan kepada ulama ; selama ini
tradisi itu tergusur oleh gerakan pembaruan. Akan tetapi, perlu juga
dijelaskan kepada peserta bahwa hal itu tidak boleh diartikan sebagai
pemitosan seseorang. Pokoknya, sikap hormat serta memuliakan ulama harus
dihidupkan lagi.
(4)
Kurikulum pesantren kilat cukup dibagi dua macam, yang berlaku umum
dan yang berlaku khusus sesuai dengan tingkat kematangan peserta. Yang
berlaku umum ialah yang wajib bagi semua santri, seperti shalat
berjamaah, wirid, bila perlu bangun malam shalat tahajud, puasa
sunat senen-kamis. Yang berlaku khusus ialah yang ditetapkan
berdasarkan kemampuan santri. Pada tingkat dasar brikanlah kurikulum
membaca al-Qur’an, pengajaran shalat wajib, dasar-dasar cara beriman
(tauhid, aqidah), ditambahkan dengan mata pelajaran berat disekolahnya
seperti matematika, IPA, atau bahasa inggris. Pengajaran selain materi
agama itu agaknya cukup diberikan secara intensif selama 120 menit
setiap hari. Wajib selepas maghrib sampai isyasan selepas subuh sampai
terbit matahari. Waktu yang lain dapat dipenuhi dengan mempelajari
materi agama. Pukul 09.00 malam hendaknya dudah tidur. Uintuk tingkat
lanjutan (sudah mampu membaca al-Qur’an) dapat diberikan pengajaran
tafsir al-Qur’an, syarah hadist dan lain-lain, ditambah dengan pelajaran
berat di sekolahnya. Dan untuk tingkat tertinggi dipusatkan pada
membaca dan membahas kitab kuning dan diskusi pendalaman masalah-masalah
pemikiran Islam. Tingkat pertama mungkin setingkat SD, tingkat kedua
setingkat sekolah lanjutan, dan tingkat tertinggi setingkat perguruan
tinggi.
(5)
Biaya pesantren kilat jangan terlalu rendah. Komponen biaya yang perlu
ditanggung oleh santri antaralain ialah (a) honor guru, (b) biaya makan,
(c) biaya kebersihan, (d) biaya keamanan, (e) sewa pondokan, dan (f)
sumbangan bagi sesepuh pesantren. Biaya buku, kitab, foto kopian bahan,
bebankan secara insidental.
(6)
Kebersihan tempat dan makanan perlu diperhatikan. Kebersihan tempat
sebagian diserahkan kepada santri, misalnya kebersihan pondoknya.
Sebaiknya disediakan kamar-kamar sederhana yang dapat menampung empat
orang setiap kamar. Kebersihan ditanggung oleh santri penghuninya.
Kebersihan makanan perlu di perhatikan. Sediakan warung murah, tetapi
bersih dan memenuhi standar kesehatan, baik gizi maupun kalorinya.
Peralatan tidur, mandi, dan peralatan sehari-hari lainnya harus dibawa
sendiri oleh santri.
(7)
Kehidupan dederhana benar-benar harus dituntun tanpa pilih bulu. Ini
penting karena kemewahan dapat merusak perkembangan anak-anak kita.
Bagaimana
dengan pesantren kilat yang diselenggarakan diluar pesantren? Apakah
ada manfaatnya? Apa upaya yang dapat dilakukan agar mencapai hasil
maksimal?
Pesantren
kilat yang diselenggarakan diluar pesantren, seperti di masjid,
disekolah, atau ditempat selain itu, juga bermanfaat. Akan tetapi,
manfaatnya tidak akan sebesar manfaat pesantren kilat yang
diselenggarakan di pesantren. Ada dua kekurangan pesantren kilat diluar
pesantren, pertama santrinya tidak dapat menginap (mondok), harus tidak
ada suasanan pesantren yang khas itu. Untuk meningkatkan manfaat
peantren kilat diluar pesantre mungkin dapat dilakukan hal-hal sebagai
berikut ini.
1. Usahaka agar santri mendapat pemondokan selama kegiatan pesantren kilat berjalan.
2. Usahakan agar ditegakkan tata kehidupan Islami yang mirip dengan di pesantren. Shalat, wirid,
pepujian, dan membaca al-Qur’an dapat dilakukan mendekati cara dipesantren.
3. Kurikulum dapat diatur seperti kurikulum pesantren kilat di pesantren sekalipun tidak mungkin
persis sama.
Pergururan Silat Tenaga Dalam
Saya
minta perhatian anda terhadap perguruan silat tenaga dalam, yang
ternyata banyak yang melakukan tugas mendidik anak-anak nakal.
Orang-orang berguru, meminta “ilmu” atau meminta”perlindungan” kepada
guru di perguruan silat tenga dalam. Bila guru itu seorang muslim,
biasanya dasar perguruannya adalah ajaran Islam, ,aka banayk jauga anak
nakal yang berguru kesanan akhirnya menjadi penganut Islam yang baik.
Apa yang dimaksud dengan perguruan silat tenaga dalam? Belum banyak
penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya tenaga
dalam dan seberapa jauh ia dapat berfungsi sebagai lembaga pendidikan
agama Islam. Oleh karena itu, disini belum banyak hal yang dilaporkan.
Sekalipun demikian, ada konsep-konsep kecill yang dapat dijelaskan ada
kadarnya , sesuai dengan pengertianyang dapat ditangkap dari beberapa
penelitian yang dilakukan.
Sebagian besar tenaga dalam tidak dipahami lewat akal. Diperlukan
paradigma tersendiri untuk memahaminya. Paradigma itu barangkali dapat
disebut paradigma mistik, yaitu paradigma yang bukan empiris dan bukan
logis. Kadang-kadang bukti adanya tenaga dalam dapat disaksikan dengan
mata, jadi ia empiris, tetapi mengapa demikian, jadi mengapanya,
sebagian tudak dapat dipahami dengan akal. Itulah kira-kira yang dapat
dikatakan (oleh saya) tentang tenaga dalam. Yang dibicarakan selanjutnya
ialah khusus tenaga dalam untuk perlindungan. Secara umum, yang ini
mungkin dapat disebut silat tenaga dalam.
Kelihatan intinya pengajaran silat tenaga dalam ialah mencari
perlindungan dari bahaya (serangan fisik dan nonfisik) dengan tidak
banyak atau sama sekali tidak menggunakan tenaga fisik. Belum diketahui
secara pasti (oleh saya) seperti apa tenaga dalam itu sebenarnya.
Baiklah, tetapi dimana kegiatan silat tenaga dalam yang bernilai
pendidikan agama Islam itu? Ikuti kasus berikut ini.
Seorang anggota kelompok anak nakal mendapat ancaman, mungkin dari boss-nya
atau mungkin dari luar kelompoknya. Ia mencari guru yang dapat
memberikan kepadanya “ilmu” yang dapat melindunginya. Lantas seseorang
mengatakan agar ia berguru kepada si Anu yang mengajarkan tenaga dalam.
Lalu ia datang kesana. Disana ia diterima dengan baik, lantas diberi
“ilmu”. Untuk meyakinkan ia dicoba, atau ada juga yang tidak dicoba;
untuk yang tidak dicoba ini terserah kepada si peminta itu, mau percaya
atau tidak. Setelah itu, guru memberi nasihat kira-kira begini:
- Ilmu ini tidak dapat digunakan untuk menyerang.
- Ilmu ini hanya melindungi kamu selama kamu percaya kepada Tuhan.
- Orang yang percaya kepada Tuhanwajib menjalankan perintah dan menjauhi larangan
NYA.
- Pantangan keras ilmu ini ialah minuman keras dan zina.
- Semakin patuh Kamu kepada Tuhan, semakin dilindungi kamu oleh ilmu ini.
Kasus
kedua, ada seorang remaja yang ingin memperoleh “jati dirinya”. Itu,
menurut pendapatnya, harus memiliki ilmu ghaib. Seperti ilmu kebal,
menjatuhkan orang dari jarak jauh, memanggil teman dari jauh,dan
sebagainya yang sejenis dengan itu. Anak-anak begini biasanya adalah
yang banyak gagal dalam kehidupan, kurang berprestasi di sekolah, gagal
dalam percintaan dan pergaulan. Ia ingin memperlihatkan siapa dirinya.
Ia memilih perguruan tenaga dalam, dan belajar disana. Memang,
kelihatannya apa yang diinginkannya akan dapat diperolehnya, tetapi sang
guru tidak akan begitu sajamemberikan ilmu kepadanya. Ia harus berjuang
lebih dahulu.umpamanya harus membersikan dirinya lebih dahulu dan
menghaluskan tenaga batin. Sang guru berkata bahwa semua itu milik Allah
dan akan diberikan kepada orang yang dikehendaki-NYA. Penuntut ilmu
haruslah orang yang berjalan di jalan Allah. Ilmu tidak akan digunakan
untuk kejahatan. Selanjutnya, seperti tadi; ia harus bertaubat, shalat,
meninggalkan dosa, terutama zina dan minuman keras.
Kasus ketiga, ada pemuda atau pemudi yang ingin menjadi dukun. Disini
dukun berarti orang yang mempunyai kemampuanmenyembuhkan atau
menyelesaikan masalah melalui cara-cara yang bukan logis. Ia ingin
mengobati orang yang kesurupan, ingin berkemampuan memindahkan jin,
ingin berkemampuan mengobati orang yang terkena guna-guna. Ia datang
kepada guru yang diketahui orang mampu yamg mengajarkan demikian. Oleh
sang guru, calon murid tadi diajari seperti kasus-kasus diatas tadi.
Ada kelebihan yang patut diperhatikan pada pendidikan ini.pertama,
gurunya tidak terlalu bamya bicara, tetapi contohlah yang banyak
diberikannya. Kedua, pendidikan agama seperti ini dapat menjangkau murid
yang liar, yang tadinya tidak terjangkau oleh mubaligh yang terkenal
sekalipun. Untuk anak-anak nakal, apalagi penjahat, kelihatannya hanya
lembaga pendidikan inilah yang mampu menjangkaunya. Sekolah, pesantren,
dakwah, media massa, pengajian, dan lain-lain tidak mampu menjangkau
mereka. Dengan demikina maka lembaga pendidikan ini perlu dipelajari dan
perlu dibantu pengembangannya.
Ada saran yang pelu disampaikan kepada perguruan tenaga dalam yang
seperti itu. Pertama, hendaknya melengkapi diri dengan sarana
peribadatan, musala misalnya. Disana penuntut ilmu dapat dilatih dan
dibiasakan beribadat. Kedua, ada baiknya sang guru tenaga dalam memiliki
pengetahuan agama yang – kalau mungkin – mumpuni. Bila tidak,
secara teknis perguruan meminta bantuan guru-guru agama untuk
mengajarkan agama secara teknis. Ketiga, murid-murid itu sebaiknya
dicatat, diberi kartu anggota, diketahui alamatnya. Sewaktu-waktu dapat
dipanggil untuk dimonitor perkembangan akhlaknya dan pengalaman
agamanya, termasuk tenaga dalamnya.